A. Pengertian Phobia
Phobia
1. Definisi
Phobia
Kata “phobia” sendiri berasal dari istilah Yunani “phobos”
yang berarti lari (fight), takut dan panik (panic-fear), takut hebat (terror).
Istilah ini memang dipakai sejak zaman Hippocrates. Phobia adalah ketakutan
yang luar biasa dan tanpa alasan terhadap sebuah obyek atau situasi yang tidak
masuk akal. Pengidap phobia merasa tidak nyaman dan menghindari objek yang
ditakutinya. Terkadang juga bisa menghambat aktivitasnya
Konsep takut dan cemas betautan erat. Takut adalah perasaan
cemas dan agitasi sebagai respons terhadap suatu ancaman. Gangguan fobia adalah
rasa takut yang persisten terhadap objek atau situasi dan rasa takut ini tidak
sebanding dengan ancamannya.
Phobia didefinisikan oleh psikopatolog sebagai penolakan
yang mengganggu yang diperantarai oleh rasa takut yang tidak proporsional,
dengan bahaya yang dikandung oleh objek atau situasi tertentu dan diakui oleh
si penderita sebagai sesuatu yang tidak berdasar. Beberapa pengertian
phobia menurut ahli Siti
Meitchati ( 1983;22) : adalah ketakutan yang tidak terkendalikan, tidak normal
kepada suatu hal atau kejadian tanpa diketahui sebabnya.
Defenisi phobia menurut kamus psikologi adalah suatu
ketakutan yang kuat, terus menerus dan irasional dengan ditimbulkan oleh suatu
perangsang atau situasi khusus, seperti auatu ketakutan yang abnormal terhadap
tempat tertentu. Sementara kartini kartono (1989:112) mendefinisikan phobia
sebagai ketakutan atau kecemasan yang abnormal, tidak rasional tidak bisa
dikontrol terhadap suatu situasi terhadap objek tertentu. Semua phobia adalah
ketajutan yang tak beralasan, yang bertalian dengan perasaan bersalah atau pun
malu, ditekan. Kemudian berubah takut pada suatu yang lain, dengan begitu
terpendamlah konflik atau frustasi yang dialaminya. Jadi phobia adalah rasa takut yang
berlebihan kepada suatu hal atau fenomena yang membuat hidup seseorang yang
menderitanya terhambat.
Beberapa pendapat ahli yang mendefinisikan fobia yaitu
Jaspers (1923) mendefinisikan fobia sebagai rasa takut yang sangat dnan tidak
dapat diatasi terhadap suatu keadaan dan tugas yang biasa. Ross (1937)
berpendapat bahwa fobia adalah rasa takut yang khas yang disadari oleh
penderita sebagai suatu hal yang tidak masuk akal, tetapi tidak dapat
mengatasinya. Errera (1962) adalah rasa
takut yang selalu ada terhadap sesuatu benda atau pendapat yang dalam keadaan
biasa tidak menimbulkan rasa takut.
James Drever(1986:346) : Kengerian atau ketakutan yang tidak
terkendali yang pada umumnya disebabkan sifat abnormal terhadap situasi dan
objek tertentu.
Suardiman ( 1986: 32) : Perasaan takut yang tidak masuk
akal, orang yang mengalami gangguan tersebut sebenarnya menyadari akan keadaan
tetapi ia tidak dapat membebaskan diri dari rasa ketakutannya itu.
2. Jenis
Phobia
Hal yang aneh tentang fobia adalah biasanya melibatkan
ketakutan terhadap peristiwa yang biasa dalam hidup, bukan yang luar biasa.
Orang dengan fobia mengalami ketakutan untuk hal-hal yang amat biasa, seperti
naik elevator atau naik mobil di jalan raya. Dengan contoh ini, dapat diketahui
bahwa fobia dapat mengganggu bila berkaitan dengan pekerjaan sehari-hari
seperti naik kendaraan, berbelanja, atau pergi keluar rumah. Berikut ini adalah
tiga tipe fobia berdasarkan sistem DSM, yaitu fobia spesifik, fobia sosial, dan
agorafobia.
a) Fobia Spesifik
Fobia spesifik adalah ketakutan yang berlebihan dan
persisten terhadap objek atau situasi spesifik, seperti:
· Acrophobia: takut terhadap ketinggian, bahkan hanya
setinggi 2 meter sudah cukup menakutkan bagi penderita fobia ini.
· Claustrophobia: takut terhadap tempat tertutup/terkunci
sehingga orang dengan fobia jenis ini sering berada di taman atau di lapangan
olahraga bersama teman-temannya.
· Fobia binatang: takut terhadap binatang tertentu seperti
tikus, ular, atau binatang-binatang menjijikkan.Anda bisa saja mempunyai
ketakutan terhadap hewan-hewan tersebut. Namun, bila ketakutan itu mengganggu
kehidupan sehari-hari atau menyebabkan distres emosional yang signifikan di
dalam diri Anda (bahkan ketika Anda hanya membayangkan hewan itu), maka barulah
Anda mengalami fobia.
· Fobia benda-benda tertentu: seperti jarum suntik (bukan
sakitnya yang mereka takuti, tetapi jarumnya), pisau, benda-benda elektronik,
atau benda-benda lain.
b) Fobia Sosial
Fobia sosial adalah ketakutan yang intens terhadap situasi
sosial atau ramai sehingga mereka mungkin sama sekali menghindarinya, atau
menghadapinya tetapi dengan distres yang amat berkecamuk. Penderita fobia
sosial mengalami ketakutan terhadap situasi sosial seperti berkencan, datang ke
pesta, pertemuan-pertemuan sosial, bahkan presentasi untuk ujian. Fobia sosial yang mendasar adalah ketakutan
berlebihan terhadap evaluasi negatif dari orang lain, dalam artian mereka takut
dinilai jelek oleh orang lain. Mungkin mereka merasa seakan-akan ribuan pasang
mata sedang memperhatikan dengan teliti setiap gerak yang mereka lakukan.
Contoh umum untuk fobia jenis ini adalah:
· Demam panggung yang berlebihan
· Kecemasan berbicara di forum yang berlebihan, bahkan
dihadapan orang-orang terdekat sekalipun.
· Kecemasan meminta sesuatu, seperti memesan makanan di
rumah makan karena takut pelayan atau teman menertawai makanan yang mereka
pesan.
· Ketakutan bertemu dengan orang baru, hal ini menyebabkan
penderita tidak berkembang dalam hal sosial.
Fobia jenis ini menyebabkan penurunan kualitas hidup
penderitanya, seperti kualitas untuk mencapai sasaran pendidikan , maju dalam
karier, atau bertahan dalam pekerjaan yang membutuhkan interaksi dengan orang
lain secara langsung.Sekali fobia sosial tercipta, maka akan berlanjut secara
kronis sepanjang hidup.
c) Agrofobia
Agorafobia secara harfiah diartikan sebagai “takut kepada
pasar”, yang sugestif untuk ketakutan berada di tempat-tempat terbuka dan ramai
(berbeda dengan fobia sosial, agorafobia tidak “mati sosial” bila berinteraksi
dengan orang-orang di tempat yang sepi). Agorafobia melibatkan ketakutan
terhadap tempat-tempat atau situasi-situasi yang memberi kesulitan bagi mereka
untuk meminta bantuan ketika ada suatu problem yang menimpa mereka atau orang
lain. Orang-orang dengan agorafobia takut untuk pergi berbelanja di toko-toko
yang penih sesak, bersempit-sempitan di bus, dan lain-lain yang kira-kira
membuat mereka sulit meminta pertolongan.
3. Teori
Phobia
Beberapa teori yang memberikan kontribusi tentang adanya
phobia
1) Teori Psikoanalisis
Freud adalah orang pertama yang mencoba menjelaskan secara
sistematis perkembangan perilaku fobia. Menurut Freud, fobia merupakan
pertahanan terhadap kecemasan yang disebabkan oleh impuls-impuls id yang
ditekan. Kecemasan ini dialihkan dari impuls id yang ditakuti dan berpindah ke
suatu objek atau situasi yang memiliki koneksi simbolik dengannya. Fobia adalah
cara ego untuk menghindari konfrontasi dengan masalah sebenarnya, yaitu konflik
masa kecil yang ditekan.
2) Teori Behaviorial
Teori ini berfokus pada pembelajaran sebagai cara
berkembangnya fobia. Salah satu pembelajarannya adalahAvoidence Conditioning :
penjelasan utama behavioral tentang fobia adalah reaksi semacam itu merupakan
respons avoidence yang dipelajari. Formulasi avoidence conditioning dilandasi
oleh teori dua faktor yang diajukan oleh Mowrer (1947) dan mengatakan bahwa
fobia berkembang dari dua rangkaian pembelajarang yang saling berkaitan, yaitu;
a. Melalui classikal conditioning seseorang dapat belajar
untuk takut pada sesuatu stimulus netral (CS) jika stimulus tersebut
dipasangkan dengan kejadian yang secara intrinsik menyakitkan atau menakutkan
(UCS).
b. Seseorang dapat belajar mengurangi rasa takut yang
dikondisikan tersebut dengn melarikan diri atau menghindari CS. Jenis
pembelajaran ini diasumsikan sebagai operant conditioning; respon dipertahankan
oleh konsekuensi mengurang ketakutan yang menguatkan.
3)Teori Kognitif
Teori ini berfokus pada bagaimana proses berfikir manusia
dapat berperan sebagai diathesis dan pada bagaimana pikiran dapat membuat fobia
menetap. Kecemasan dikaitkan dengan kemungkinan yang lebih besar untuk
menanggapi stimuli negatif, menginterpretasi informasi yang tidak jelas sebagai
informasi yang mengancam, dan mempercayai bahwa kejadian negatif memiliki
kemungkinan lebih besar untuk terjadi di masa mendatang
Teori kognitif mengenai fobia juga relevan untuk berbagai
fitur lain dalam gangguan ini rasa takut yang menetap dan fakta bahwa ketakutan
tersebut sesungguhnya tampak irasional bagi mereka yang mengalaminya. Fenomena
ini dapat terjadi karena rasa takut terjadi melalui proses-proses otomatis yang
terjadi pada awal kehidupan dan tidak disadari. Setelah proses awal tersebut,
stimulus dihindari sehingga tidak diproses cukup lengkap dan yang dapat menghilangkan
rasa takut tersebut.
4. Gejala
Bila seseorang yang menderita phobia melihat atau bertemu
atau berada pada situasi yang membuatnya takut (phobia), gejalanya adalah
sebagai berikut:
a) Jantung berdebar kencang
b) Kesulitan mengatur napas
c) Dada terasa sakit
d) Wajah memerah dan berkeringat
e) Merasa sakit
f) Gemetar
g) Pusing
h) Mulut terasa kering
i) Merasa perlu pergi ke toilet
j) Merasa lemas dan akhirnya pingsan
5. Penyebab
Phobia dapat disebabkan oleh berbagai macam hal. Pada
umumnya phobia disebabkan karena pernah mengalami ketakutan yang hebat atau
pengalaman pribadi yang disertai perasaan malu atau bersalah yang semuanya
kemudian ditekan kedalam alam bawah sadar. Peristiwa traumatis di masa kecil
dianggap sebagai salah satu kemungkinan penyebab terjadinya phobia.
Lalu bagaimana menjelaskan tentang orang yang takut akan
sesuatu walaupun tidak pernah mengalami trauma pada masa kecilnya? Martin
Seligman di dalam teorinya yang dikenal dengan istilah biological preparedness
mengatakan ketakutan yang menjangkiti tergantung dari relevansinya sang
stimulus terhadap nenek moyang atau sejarah evolusi manusia, atau dengan kata
lain ketakutan tersebut disebabkan oleh faktor keturunan. Misalnya, mereka yang
takut kepada beruang, nenek moyangnya pada waktu masih hidup di dalam gua,
pernah diterkam dan hampir dimakan beruang, tapi selamat, sehingga dapat
menghasilkan kita sebagai keturunannya. Seligman berkata bahwa kita sudah
disiapkan oleh sejarah evolusi kita untuk takut terhadap sesuatu yang dapat
mengancam survival kita.
Pada kasus phobia yang lebih parah, gejala anxiety neurosa
menyertai penderita tersebut. Si penderita akan terus menerus dalam keadaan
phobia walaupun tidak ada rangsangan yang spesifik. Selalu ada saja yang membuat
phobia-nya timbul kembali, misalnya thanatophobia (takut mati), dll.
Menurut kartini kartono phobia dapat disebabkan oleh:
a) Pernah mengalami ketakutan yang hebat
b) Pengalaman asli ini dibarengi rasa malu dan rasa bersalah kemudian semua ditekan untuk
melupakan kejadian-kejadian tersebut.
c) Jika mengalami stimulus yang sama akan timbul respon yang
bersyarat kembali, sungguhpun peristiwa pengalaman yang asli sudah dilupakan.
Respon-respon ketakutan hebat selalu timbul kembali sungguhpun ada usaha-usaha
untuk menekan dan melenyepkan respon tersebut.
Secara spesifik, rasa takut dapat disebabkan antara lain:
a. pengaruh filogenetik
b. pengaruh keturunan
c. kepribadian
d. pengaruh budaya dan daerah
e. pengaruh faal (fungsi) tubuh
f. faktor biokimia
g. trauma dan tekanan
h. teladan orang lain
i. dll
B. Alternatif Penanggulangan
Berikut beberapa perawatan utama untuk mengatasi phobia,
yaitu:
a. Terapi
berbicara.
Perawatan ini seringkali efektif untuk mengatasi berbagai
fobia. Jenis terapi bicara yang bisa digunakan adalah:
1. Konseling: konselor biasanya akan mendengarkan
permasalahan seseorang, seperti ketakutannya saat berhadapan dengan barang atau
situasi yang membuatnya fobia. Setelah itu konselor akan memberikan cara untuk
mengatasinya.
2. Psikoterapi: seorang psikoterapis akan menggunakan
pendekatan secara mendalam untuk menemukan penyebabnya dan memberi saran
bagaimana cara-cara yang bisa dilakukan untuk mengatasinya.
3. Terapi perilaku kognitif (Cognitive Behavioural
Therapy/CBT): yaitu suatu konseling yang akan menggali pikiran, perasaan dan
perilaku seseorang dalam rangka mengembangkan cara-cara praktif yang efektif
untuk melawan fobia.
b. Terapi
pemaparan diri (Desensitisation).
Orang yang mengalami fobia sederhana bisa diobati dengan
menggunakan bentuk terapi perilaku yang dikenal dengan terapi pemaparan diri.
Terapi ini dilakukan secara bertahap selama periode waktu tertentu dengan melibatkan
objek atau situasi yang membuatnya takut. Secara perlahan-lahan seseorang akan
mulai merasa tidak cemas atau takut lagi terhadap hal tersebut. Kadang-kadang
dikombinasikan dengan pengobatan dan terapi perilaku.
c.
Menggunakan obat-obatan.
Penggunaan obat sebenarnya tidak dianjurkan untuk mengatasi
fobia, karena biasanya dengan terapi bicara saja sudah cukup berhasil. Namun,
obat-obatan ini dipergunakan untuk mengatasi efek dari fobia seperti cemas yang
berlebihan.
Terdapat 3 jenis obat yang direkomendasikan untuk mengatasi
kecemasan, yaitu:
1. Antidepresan: obat ini sering diresepkan untuk mengurangi
rasa cemas, penggunaannya dizinkan untuk mengatasi fobia yang berhubungan
dengan sosial (social phobia).
2. Obat penenang: biasanya menggunakan obat yang mengandung
turunan benzodiazepines. Obat ini bisa digunakan untuk mengatasi kecemasan yang
parah, tapi dosis yang digunakan harus serendah mungkin dan penggunaannya
sesingkat mungkin yaitu maksimal 4 minggu. Ini dikarenakan obat tersebut
berhubungan efek ketergantungan.
3. Beta-blocker: obat ini biasanya digunakan untuk mengobati
masalah yang berhubungan dengan kardiovaskular, seperti masalah jantung dan
tekanan darah tinggi (hipertensi). Karena berguna untuk mengurangi kecemasan
yang disertai detak jantung tak beraturan.
Sumber :
http://bima-san.blogspot.com/2013/12/pengertian-phobia_25.html
http://mochamadsubaru19.blogspot.com/2012/06/definisi-tentang-phobia-ketakutan-yang.html
Casinos Near Fort McDowell, MS - Mapyro
BalasHapusFind Casinos Near Fort McDowell, MS, in real-time and see activity. 경기도 출장샵 Zoom in or see activity. You can 창원 출장마사지 also search for 상주 출장안마 restaurants, and 포항 출장안마 other lodging 제주 출장안마 near Fort